Wednesday, November 21, 2007

SIKAP YANG BENAR

By Bp Budi Krismunando

Suatu ketika ada seorang pemimpin agama (di luar Kristen) datang kepada Ps Paul Tan di hotel di Jakarta dan mengatakan bahwa Tuhan Yesus datang kepadanya dan mengajar langsung ke telinganya. Dan hal seperti ini bukan untuk kali ini saja terjadi, tetapi sudah banyak kali terjadi, dimana Yesus berbicara langsung kepada pemimpin-pemimpin agama (di luar Kristen). Apa arti dari semua ini? Ini menandakan bahwa Tuhan Yesus sudah tidak sabar untuk menuai jiwa besar-besaran di Indonesia sampai-sampai Dia harus turun tangan sendiri untuk berbicara langsung. Tapi yang jadi pertanyaan bagi kita sebagai Gereja adalah: Apakah kita siap jika tuaian besar terjadi?
Melihat apa yang terjadi di bangsa Indonesia sekarang sangat jelas terlihat bahwa akan terjadi kesulitan yang besar di bangsa ini. Tapi di dalam kesulitan yang besar ini anak-anak Tuhan justru akan bangkit. Dan hal itu sudah menjadi ciri khas kekristenan. Di Alkitab selalu diceritakan bahwa di tengah kesulitan besar yang dialami, umat Tuhan selalu bangkit.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan (in this world there will be trouble / kesusahan), tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Yohanes 16:33

Dikatakan di ayat di atas bahwa akan ada kesusahan. Ada dua macam kesusahan. Ada kesusahan yang akan membawa kepada kebaikan, ada kesusahan yang akan membawa kepada keburukan. Yang mana yang akan kita pilih? Apa reaksi kita saat kita mengalami kesusahan? Apakah kita akan bersikap negatif (kesal, marah-marah, dll.) atau justru akan bertindak positif (menjadi tenang, berdoa, sabar, dll.)? Jika kita bersikap negatif, kita menjadi sama dengan dunia ini. Justru kita harus menjadi beda dengan dunia bahkan kita harus bisa mempengaruhi dunia. Dalam kesusahan kita harus bisa tetap tersenyum dan bisa menguatkan (encourage) yang lain. Apa yang bisa membuat kita bersukacita di saat kesusahan? Ada 2 hal. Yang pertama adalah Kuasa Yesus. Yang kedua adalah karena kita memilih untuk tidak ditindas oleh kesuahan/masalah. Dan untuk melakukan ini memang tidak mudah, karena kita sedang melawan arus. Tetapi akhirnya akan membawa kita kepada kebaikan.

Daud adalah salah satu contoh di Alkitab yang mengalami kesusahan yang besar tetapi membuat keputusan untuk tidak bersikap negatif dalam menghadapi kesusahannya. Di dalam 1 Samuel 30 diceritakan bahwa Daud dan pasukannya baru saja pulang dari peperangan yang melelahkan dengan kemenangan. Tapi apa yang didapati ketika ia pulang adalah bahwa kota mereka telah dibakar dan seluruh istri, anak-anak dan harta mereka dibawa lari oleh musuh. Mereka mengalami kesusahan yang sangat besar.

Ada dua tipe orang melalui cerita di atas:
1. Pasukan Daud.
Dalam menghadapi kesusahan, pasukan Daud dikatakan menjadi marah bahkan berniat untuk membunuh Daud.
2. Daud.
Dalam menghadapi kesusahan, Daud justru menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.

Apa kuncinya sehingga Daud bisa tetap menguatkan dirinya kepada Tuhan? Di dalam kitab Mazmur berkali-kali Daud berkata: ”Pujilah Tuhan hai jiwaku.” Mengapa dia memerintahkan jiwanya untuk memuji Tuhan? Karena dia sedang tidak merasa untuk memuji Tuhan. Tapi Daud tahu bahwa memuji Tuhan adalah hal yang benar untuk dia lakukan pada masa kesusahannya. Jadi dia paksakan jiwanya untuk memuji Tuhan. Itulah kunci untuk kita bisa keluar dari masalah kita. Tidak penting dengan setiap masalah yang terjadi di dalam kehidupan kita. Yang penting adalah, SIKAP KITA dalam menghadapi masalah. Apa yang kita pilih akan membedakan hasilnya nanti.

Apakah akhir dari cerita Daud di atas? Daud bisa mengejar musuhnya dan memperoleh kembali istri dan anak-anak mereka, juga harta mereka. Bahkan mereka memperoleh jarahan yang sangat besar. Itulah hasil dari seseorang yang mengambil sikap yang benar ketika ia mengalami kesulitan/kesusahan. Jalan keluar, kemenangan, sukacita & berkat melimpah!

No comments: